[ad_1]
JAKARTA – Polemik perebutan kursi wakil gubernur (Wagub) DKI Jakarta sepeninggal Sandiaga Uno masih terus bergulir. Partai Gerindra menentukan pilihan untuk mendorong M Taufik menjadi orang nomor dua di DKI.
Namun, sayang pilihan tersebut ditentang koalisi sejatinya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai berlambang bulan sabit itu ngotot untuk mendorong kadernya yang mengisi kursi tersebut. Hingga akhirnya gonjang-ganjing keretakan hubungan PKS dan Gerindra mencuat.
(Baca Juga: Bahas Kursi Wagub DKI, PKS dan Gerindra Akan Duduk Bareng)
Sementara Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta M. Taufik meyakini koalisi dengan PKS masih akan solid, dan berjalan terus terutama di Pilpres 2019. Kendati, PKS belum merelakan kursi DKI-2 ke Gerindra. Sebab, kedua partai itu merupakan partai besar dan akan selalu menghargai komitmen yang telah disepakati.
“PKS dan Gerindra partai besar. Kalau saya sih, kalau ada orang buat pernyataan itu, menurut saya dia tidak menghargai partainya juga,” kata Taufik saat ditemui di kawasan Menteng Jakarta Pusat, Selasa (30/10/2018).
Taufik menuturkan, seharusnya PKS bisa menjaga komitmen mengenai koalisi yang sudah terjalin. Sehingga seharusnya tak goyah hanya karena perebutan posisi orang nomor dua di Ibu Kota.
“Masa partai besar karena begituan goyah, kalau partai besar tuh gak akan goyah pada komitmen,” imbuhnya.
(Baca Juga: Kekeuh Ajukan 2 Nama, PKS: Belum Ada Kesepakatan soal Pengganti Sandiaga)
Seperti diketahui, PKS mulai geram dengan sikap Gerindra yang hingga kini tak juga memberikan kursi DKI-2 kepada mereka. Kini, PKS mengancam tak akan membantu pemenangan Prabowo-Sandi di perhelatan Pilpres 2019 mendatang.
“Kader di bawah udah komentar. Misalnya udah urusan presiden biar diurus Gerindra. Itu kan udah risih namanya. Kader tingkat bawah maksudnya, ranting,” kata Ketua Fraksi PKS DPRD DKI, Abdurrahman Suhaimi saat dihubungi, hari ini.
(Ari)
Source link