[ad_1]
CNN Indonesia | Jumat, 09/11/2018 07:50 WIB
Jakarta, CNN Indonesia — Sejak pertama kali dilangsungkan, belum sekalipun Timnas Indonesia tampil menjadi juara Piala AFF. Lima kali tampil di final, lima kali pula pemain-pemain kebanggaan bangsa berjalan lunglai tanpa piala di akhir laga.
Dari 11 edisi Piala AFF, runner up adalah prestasi terbaik Timnas Indonesia yang diraih pada tahun 2000, 2002, 2004, 2010, dan 2016. Catatan terburuk adalah menempati peringkat ketiga babak penyisihan dan gagal melaju ke fase gugur pada tiga edisi yaitu 2007, 2012, dan 2014.
Tidak ada negara yang lebih banyak mengoleksi gelar peringkat kedua selain Indonesia, sehingga predikat juara Piala AFF seolah misteri bagi kesebelasan terbaik tanah air.
Piala AFF 1996
Nama besar Indonesia di sepak bola coba dibangun ketika Piala Tiger bergulir untuk kali pertama pada 1996. Setelah menjadi juara SEA Games 1993, kejuaraan khusus sepak bola antarnegara Asia Tenggara itu tampak cocok menjadi pelampiasan kegagalan di SEA Games 1995.
Skuat bergengsi yang dipimpin Danurwindo bertabur nama tenar sekaliber Fakhri Husaini, Peri Sandria, dan Widodo Cahyono Putro, berkolaborasi dengan jejeran pemain muda yang mengenyam kompetisi di Italia macam Kurniawan Dwi Yulianto, Bima Sakti, dan Yeyen Tumena.
Kurniawan Dwi Yulianto tampil di semifinal Piala AFF 1996. (REUTERS)
|
Kepak sayap Garuda tampak meyakinkan di awal perhelatan. Kemenangan demi kemenangan dengan skor mencolok, hingga ditahan Vietnam di akhir laga grup, membuat Indonesia menjadi pemuncak klasemen.
Malaysia berperan sebagai tim antagonis bagi suporter Timnas Indonesia di babak semifinal 22 tahun lalu. Harimau Malaya membuat langkah Fakhri dan kawan-kawan terhenti di babak empat besar. Dalam perebutan peringkat ketiga, Timnas Indonesia pun gagal menebus pelipur lara lantaran dikalahkan Vietnam.
“Jujur saja tim AFF pertama itu bagus. Kita ketakutan yang berlebihan dengan Thailand. Karena kita menghindar lawan Thailand, kita habis-habisan berusaha untuk menghindari Thailand. Jadi bertempur setengah mati dengan Vietnam [di pertandingan terakhir grup].”
“Berdasar hasil dari pertandingan pertama, kedua, dan ketiga, kami merasa punya peluang besar. Kenapa di pertandingan terakhir kita memaksakan diri menurunkan lagi pemain yang sudah main habis-habisan di tiga pertandingan itu? Ahirnya ketika lawan Malaysia ga ada tenaganya karena sudah terkuras lawan Vietnam” ujar Fakhri mengenai faktor kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF perdana.
Piala AFF 1998
Dua tahun berselang setelah kegagalan edisi pertama, giliran tragedi besar menimpa Tim Merah Putih. Alih-alih pulang dengan piala di tangan, skandal sepak bola gajah yang justru ramai diperbincangkan.
Tidak ada yang aneh dalam dua laga awal hingga Timnas Indonesia berhadapan dengan Thailand pada laga terakhir Grup A. Kedua kesebelasan yang sudah mengetahui Vietnam sebagai runner up Grup B, sama-sama enggan meraih poin penuh lantaran menghindari pertemuan dengan tuan rumah.
Nuralim (kiri) dan Sugiantoro (kanan) menjadi benteng pertahanan Timnas Indonesia di Piala AFF 1998. (REUTERS)
|
Pertandingan yang berlangsung di Ho Chi Minh itu tidak menghasilkan gol di babak pertama. Skor sempat sama kuat 2-2, sampai pada tambahan waktu babak kedua Mursyid Efendi membobol gawang yang dikawal rekannya sendiri dan membuat Thailand menang 3-2.
Menghindar dari Vietnam tidak membuat Indonesia mampu melaju ke babak final karena kalah 0-1 dari Singapura yang akhirnya menjadi juara. Kemenangan anak asuh Rusdi Bahalwan pada laga menghadapi Thailand di perebutan tempat ketiga tetap tidak bisa menghapus sorotan lantaran bermain tanpa menjunjung sportivitas pada laga terakhir fase grup.
Piala AFF 2000
Untuk kali pertama Timnas Indonesia berhasil melaju ke final pada edisi ketiga. Kemenangan atas Filipina dan Myanmar cukup menggaransi tiket ke semifinal, kendati kalah 1-4 dari Thailand.
Berstatus sebagai runner-up, Aji Santoso dan kawan-kawan berhadapan dengan Vietnam. Laga ketat yang berakhir 2-2 hingga waktu normal usai harus diselesaikan hingga memakan waktu tambahan.
Sebuah gol Gendut Doni Christiawan di menit akhir extra time memastikan skuat Garuda kembali bertemu dengan Thailand di babak pamungkas.
Bambang Pamungkas menjadi pemain junior yang dipercaya tampil oleh pelatih Nandar Iskandar di Piala AFF 2000. (AFP PHOTO / KIM JAE-HWAN)
|
Bermaksud membalas kekalahan dari Thailand di fase grup sekaligus mengangkat trofi yang pertama, Timnas Indonesia kembali menelan kekalahan dengan skor yang sama telak, 1-4, di partai final.
Kekalahan di final Piala AFF 2000 menjadi pelajaran penting bagi Bima Sakti yang juga akan memimpin Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 ke Thailand.
“Dulu kan home tournament ya beda sama sekarang home away. Ya Thailand waktu itu didukung suporter, itu yang jadi perbedaan. Yang paling penting mental. Pemain harus mempersiapkan itu semua, pemain harus siap dimainkan kapan aja,” jelas Bima.
Piala AFF 2002
Setelah tiga kali berlaga di negeri orang, penggawa-penggawa tim Merah Putih akhirnya mendapat kesempatan tampil di hadapan pendukung sendiri pada edisi keempat Piala AFF.
Harapan yang membumbung tinggi kepada anak asuh Ivan Kolev tidak berjalan begitu mulus di lapangan. Setelah imbang dengan Myanmar di laga pembuka, Timnas Indonesia sempat tertinggal dari Kamboja sebelum meraih kemenangan 4-2. Kondisi nyaris kalah juga dituai ketika bertemu Vietnam di laga ketiga. Gol Zaenal Arief pada menit-menit akhir membuat Timnas Indonesia bermain imbang 2-2 sekaligus menjaga kans melaju ke babak selanjutnya.
Keperkasaan Tim Garuda baru terlihat pada laga keempat. Menghadapi tim lemah Filipina, pemain-pemain Indonesia bergiliran mencetak gol selama 2×45 menit hingga skor akhir menunjukkan angka 13-1.
Elie Aiboy sudah memperkuat Timnas Indonesia sejak Piala AFF 2002. (AFP PHOTO / ADEK BERRY)
|
Keluar sebagai peringkat kedua Grup A, Indonesia menghadapi Malaysia yang tampil meyakinkan sebagai juara Grup B dengan mengalahkan juara bertahan Thailand.
Gol semata wayang Bambang Pamungkas meloloskan Indonesia ke final yang kedua, kembali bertemu Thailand.
Berniat pesta di kandang sendiri, Elie Aiboy dan kawan-kawan harus menelan kekalahan kedua dari Thailand di laga final. Skor 2-2 dalam waktu normal yang tak berubah di babak tambahan memaksa laga ke adu penalti yang berakhir 4-2 untuk tim Gajah Perang.
Piala AFF 2004
Kelahiran Boaz Solossa di Timnas Indonesia ditandai dengan penampilan di Piala AFF 2004. Bocah 18 tahun yang masih belum memiliki klub kemudian memberikan gairah baru.
Fase grup yang meyakinkan dijalani tim Merah Putih. Menjadi juara grup dengan tiga kemenangan dan satu kali seri ditambah 17 kali mencetak gol berbanding nihil bobol benar-benar hasil yang menyuguhkan harapan. Apalagi salah satu kemenangan yang diraih adalah menghadapi tuan rumah Vietnam dengan skor 3-0.
Langkah mantap di fase grup nyaris disudahi Malaysia yang menang 2-1 dalam laga semifinal pertama di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Namun performa heroik Kurniawan Dwi Yulianto dan kawan-kawan yang membalikkan ketertinggan 0-1 menjadi kemenangan 4-1 menjadi sebuah kemenangan yang akan dikenang oleh fan sepak bola Indonesia.
Boaz Solossa (kanan) belum bermain di klub ketika mendapat kepercayaan di Timnas Indonesia pada Piala AFF 2004. (AFP PHOTO / KARIM JAAFAR)
|
“Yang pasti kita waktu itu dari penyisihan grup ke semifinal ada jeda kurang lebih dua minggu. Kita penyisihan di Vietnam, pulang dari Vietnam kita masih ikut klub menyelesaikan tiga sisa pertandingan. Setelah itu masuk lagi untuk persiapan semifinal.”
“Waktu itu saya berpikiran, saya berasumsi karena pemain sebagian sudah di klub masing-masing jadi sudah sampai puncaknya. Jadi persiapan mau ke semifinal juga agak kurang waktu pertandingan pertama lawan Malaysia,” kenang Hendro Kartiko yang mengawal gawang Timnas Indonesia.
Di final, Singapura menjadi lawan. Skor 0-0 saat bertemu di fase grup menyiratkan harapan gelar juara akan datang tidak lama lagi. Tetapi generasi baru sepak bola Singapura yang sedang merekah plus pemain naturalisasi asal Afrika menjadi penjegal Timnas Indonesia dalam final ketiga Piala AFF. (bac)
[ad_2]
Source link