Injeksi Insulin Seumur Hidup, 3-4 Kali Sehari – Sumatera Ekspres



[ad_1]

WASPADAI DIABETES: Dr. Alwi Shahab SpPD KEMD FINASIM berikan penjelasan tentang penanganan pasien diabetes mellitus (DM) pada acara Sapa Pelanggan di RSMH, kemarin (15/11).
(foto: humas rsmh for sumeks)

PALEMBANG – Selama periode Januari-Oktober 2018, jumlah kasus pasien diabetes mellitus (DM) yang menjalani rawat inap di RSMH Palembang mencapai 349 kasus. Sedangkan yang menjalani rawat jalan 2.146 kasus. Selain itu, penyakit DM mulai diidap pasien anak-anak dan remaja.
Salah satu dokter spesialis anak, dr Aditiawati SpA (K) membeberkan, berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat sampai 2016 ada sekitar 1.213 kasus DM. Rincian usia terdiagnosis, mulai 0-4 tahun lebih dari 125 kasus, 5-9 tahun lebih dari 250 kasus, dan 10-14 tahun lebih banyak lagi, di atas 375 kasus. Sedangkan sisanya 15 tahun ke atas.
“Di Sumatera Selatan, DM tipe-1 anak dan remaja ada sekitar 100 kasus. Yang terkecil terdiagnosis saat umur 13 bulan. Semua penderita ini harus disuntik injeksi insulin 3-4 kali dalam sehari dan dilakukan selama seumur hidup. Dari 100 kasus itu, 70 persesnya datang dengan keadaan ketoasidosis atau kegawatan DM. Itu karena terlambat diagnosis. Sebelumnya tidak terpikir anak bisa kena DM,” kata dr Aditiawati, kemarin.
DM adalah penyakit kronis yang ditandai peningkatan kadar gula darah akibat kurangnya produksi insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Insulin diperlukan oleh tubuh untuk mengolah glukosa dari makanan sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Tanpa insulin, sel-sel tubuh akan menjadi “kelaparan”.
Dia menjelaskan, DM merupakan penyakit metabolik utama pada anak yang bersifat kronik dan potensial mengganggu tumbuh kembang anak. Pada anak dikenal jenis diabetes, yaitu DM tipe-1 dengan jumlah kadar insulin rendah akibat kerusakan sel beta pankreas. Sedangkan DM tipe-2 yang disebabkan oleh resistensi insulin.
“Walaupun kadar insulin dalam darah normal, faktor penyebab utama DM tipe-1 adalah faktor genetik dan autoimun. Sedangkan DM tipe 2 biasanya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat dan kegemukan,” urainya.
Gejala klinis DM yang khas adalah anak banyak makan minum dan kencing. Gejala lain seperti berat badan turun, lemah, ngompol, infeksi jamur. Selain itu luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, kulit yang sering terasa gatal, rasa kebal dan sering kesemutan. Namun gejala-gejala tersebut kenyataannya tidak timbul jelas, sehingga diagnosis DM sering terlewatkan. “Semakin banyak yang mengalami tentang DM pada anak diharapkan tumbuh kewaspadaan orangtua, guru, dan komunitas. Sehingga penanganan penyakit ini dapat dilakukan secara cepat dan tepat,” tambahnya.
Dia juga menjelaskan kondisi saat terjadinya DM. Pertama, terdapat gejala khas DM dengan kadar gula darah besar dari 200 mg/dL, kadar gula darah puasa 126 mg/dL. “Ada beberapa ciri yang menandakan seseorang terkena DM tipe-1. Yakni banyak minum, banyak kencing, banyak makan, namun kondisi fisik lemah, terjadi penurunan berat badan, mengompol, dan gangguan penglihatan,” imbuhnya.
DM tipe-1 tidak dapat disembuhkan. Namun bagi penderita ditargetkan kualitas hidup seoptimal mungkin dengan cara kontrol metabolik dengan baik. Setidaknya ada 5 komponen utama pengelolaan DM tipe 1, yakni pemberian insulin, edukasi, pengaturan makan, pemantauan mandiri, olahraga, serta terapi obat-obatan.
Sedangkan dr Alwi Shahab SpPD KEMD FINASIM dari RSMH Palembang menambahkan, DM atau penyakit kencing manis ditandai peningkatan dasar gula darah karena gangguan kerja hormon insulin. Karena gangguan itu dapat mengakibatkan komplikasi. “Komplikasinya dapat berupa jantung koroner, stroke, penyakit kronis lainya,” katanya usai acara Sapa Pelanggan dalam rangka memperingai Hari Diabetes Sedunia setiap 14 November di Taman Edukasi RSMH Palembang, kemarin (15/11).
Koordinator Humas RSMH Palembang, Suhaimi, mengatakan, tujuan kegiatan Sapa Pelanggan untuk memberikan penyuluhan tentang bahayanya DM. Mulai dari pasien, keluarga pasien, dan pengunjung RS. “Selain itu, manajemen, dokter, dan petugas medis lainnya dapat bertatap muka langsung untuk mendengarkan keluhan dari pengunjung. Selama mereka berada di lingkungan RSMH Palembang,” kata Suhaimi. (cj17/ce1)



[ad_2]
Source link