[ad_1]
Dilansir dari Bangkok Post (14/11), Peenapat KO setelah kepala bagian kanan dia terkena beberapa pukulan kencang dari petarung bernama Famai Sor Phranakhon dalam duel yang berlangsung di daerah Phra Pradaeng, Provinsi Samut Prakan pada Sabtu (10/11). Seketika, siswa Wat Samutkit Witthayakhom School itu pun terkapar tak berdaya.
Peenapat tumbang di ronde ketiga. Sejumlah pihak menyesalkan wasit yang kurang tanggap untuk menghentikan pertarungan tersebut.
Setelah pingsan, Peenapat segera dibawa ke rumah sakit dan kemudian meninggal di sana. Tubuh dia lalu dikirim ke Rumah Sakit Umum Kepolisian untuk diotopsi.
Pihak keluarga baru menerima jenazah lelaki tersebut pada Selasa (13/11). Almarhum Peenapat lalu menjalani ritual keagamaan di Wat Mai Bang Plakod, Phra Samut.
Keluarga Peenapat tidak berniat untuk mengambil tindakan hukum kepada penyelenggara acara. Mereka menilai Peenapat meninggal karena sedang berpartisipasi dalam sebuah ajang olahraga atau dengan kata lain menerima risiko dari bela diri Muay Thai.
Kematian Peenapat semakin mendorong upaya agar bela diri Muay Thai di Thailand diberikan batasan usia. Saat ini, tidak ada batasan usia bagi orang yang ingin berolahraga Muay Thai.
Chatchai Im-arom, seorang dokter dari Rumah Sakit Ramathibodi, mendukung pembatasan usia bagi anak-anak untuk bertarung di atas ring. Ia mengatakan anak-anak berusia 15 tahun ke bawah rentan terkena cedera otak.
“Anak-anak yang menderita cedera otak akan memiliki masalah dalam pertumbuhannya. Sebagai orang dewasa, kita memiliki tugas untuk menjaga mereka,” kata Im-arom.
Anak-anak Thailand, lanjut Im-arom, tetap diperbolehkan belajar bela diri Muay Thai yang telah menjadi bagian dari budaya negara. Akan tetapi untuk bertarung di atas ring, ia mengatakan harus ada pembatasan umur. Peenapat sendiri dikabarkan mulai berlatih Muay Thai sejak usia delapan tahun. (map/sry)
[ad_2]
Source link
