[ad_1]
Penelitian berjudul “No more FOMO: Limiting social media decreases loneliness and depression” menunjukkan durasi penggunaan media sosial terbukti berdampak langsung terhadap kondisi penggunanya dari waktu ke waktu. Efek yang dimaksud terutama berkaitan dengan meningkatnya rasa kesepian dan depresi.
“Studi kami adalah yang pertama dalam penelitian hubungan kausal yang jelas antara penurunan penggunaan media sosial, dan bertambahnya rasa kesepian dan depresi. Sungguh ironis, tetapi mungkin tidak mengejutkan, bahwa banyaknya waktu di media sosial, yang menjanjikan kita untuk lebih terhubung dengan orang lain, benar-benar membuat orang merasa lebih kesepian dan tertekan,” papar penulis utama dalam studi tersebut, psikolog Melissa G. Hunt.
Dalam penelitian ini, para psikolog meminta 143 peserta menyelesaikan survei untuk menentukan suasana hati dan keadaan mereka di awal penelitian. Mereka juga diminta memberikan hasil tangkapan layar ponsel untuk memberikan data dasar penggunaan media sosial selama sepekan.
Peserta kemudian secara acak ditugaskan berada dalam beberapa kelompok. Sejumlah pengguna diminta mempertahankan perilaku media sosial mereka, tetapi beberapa juga harus mengalami eksperimen misalnya ketika mengakses Facebook, Snapchat, dan Instagram dengan durasi maksimal 10 menit per platform per hari.
Tiga pekan berikutnya, para peserta membagikan kembali tangkapan layar penggunaan baterai ponsel mereka untuk menunjukkan pada para peneliti penghitungan mingguan pengguna sosial media setiap individu. Dengan data-data itu, Hunt melihat tujuh ukuran hasil termasuk rasa takut ditinggalkan, kecemasan, depresi, dan kesepian.
Peserta yang mengurangi waktu mereka di situs sosial terlihat mengalami penurunan depresi dan kesepian yang signifikan secara statistik, menurut penelitian. Kelompok lainnya tidak melaporkan perbaikan keadaan.
Meskipun penelitian ini menemukan bukti bahwa penggunaan media sosial dapat membuat pengguna depresi, peneliti tidak mengungkap alasannya. Hunt menawarkan sebuah teori mengenai kebahagiaan orang lain yang terlihat di media sosial bisa menciptakan perbandingan negatif dengan pengalaman seseorang.
Sementara itu, Hunt mengatakan meski Facebook tidak berpartisipasi dalam riset ini, timnya bekerja untuk lebih memahami teknologi dan keadaan emosional seseorang.
“Kami ingin waktu orang-orang di Facebook menjadi bermakna dan positif dan kami sedang membangun alat dengan memikirkan kepentingan pengguna agar mereka dapat mengelola pengalaman mereka dengan lebih baik. Kami berkomitmen untuk melanjutkan pekerjaan ini untuk menumbuhkan komunitas yang aman dan mendukung untuk semua orang,” demikian komentar juru bicara Facebook seperti juga dilansir dari The Verge.
Menyoal durasi menggunakan aplikasinya, Facebook kemungkinan sudah menyerah. Perusahaan milik Mark Zuckerberg tersebut secara sukarela sebelumnya pernah memperkenalkan fitur pembatasan waktu penggunaan di dalam aplikasi pada awal 2018.
Sayangnya, fitur itu tidak juga dapat diterima pengguna secara global tanpa ada alasan yang jelas. Namun Apple dan Google, yang mengontrol saluran distribusi utama Facebook, mengirimkan fitur manajemen waktu aplikasi mereka sendiri.
Sebelumnya, Facebook menerbitkan blog yang berisi pengakuan bahwa dalam beberapa kasus, menggunakan media sosial dapat membuat pengguna merasa lebih buruk tentang diriya sendiri. Posting ini didasarkan pada survei penelitian akademis yang menemukan bahwa berlama-lama di sosial media justru membuat seseorang merasa terasing.
Kendati demikian, solusi yang diusulkan Facebook sebelas bulan lalu ten tentunya bukan mengurangi penggunaan sosial media. Mereka meminta pengguna untuk menggunakannya dengan cara berbeda yakni dengan meningkatkan jumlah komentar, sambil mengurangi jumlah story dan video dari penerbit profesional di lini masa. (kst/evn)
[ad_2]
Source link