83% Komputer Baru di Asia Menggunakan Software Bajakan



[ad_1]

83% Komputer Baru di Asia Menggunakan Software Bajakan
Mary Jo Schrade, Assistant General Counsel & Regional Director, Digital Crimes Unit, Microsoft Asia, menyampaikan hasil penelitian tersebut dalam Microsoft Digital Trust Asia 2018 yang digelar di Singapura, Selasa (30/10/2018). – Bisnis/Nancy Junita

Bisnis.com, SINGAPURA – Hasil penelitian Microsoft menemukan bahwa 83% ‘personal computer’ (PC) baru di kawasan Asia Pasifik menggunakan software (peranti lunak) bajakan.

Mary Jo Schrade, Assistant General Counsel & Regional Director, Digital Crimes Unit, Microsoft Asia, menyampaikan hasil penelitian tersebut dalam ‘Microsoft Digital Trust Asia 2018’ yang digelar di Singapura, Selasa (30/10/2018).

Menurut dia, angka 83% tersebut diperoleh dari hasil badisis atas 166 PC baru yang dibeli di pasar-pasar atau toko yang dikenal masyarakat luas di kawasan Asia Pasifik dalam kurun waktu Mei hingga Juli 2018.

Mary Jo menekankan bahwa komputer baru atau PC baru tersebut dibeli bukan di pedagang atau toko resmi, melainkan di toko-toko komputer yang memperjualbelikan komputer tak berlisensi.

Tim badisis dari Microsoft pun kemudian mengbadisis sistem operasi pada PC baru, dan hasilnya empat dari lima PC baru yang dibeli menggunakan software bajakan. Berikut data hasil penelitian:

Pasar

Jumlah PC

PC bersoftware Bajakan

Persentase

India

22

20

91%

Indonesia

10

9

90%

Korea

30

30

100%

Malaysia

17

17

43%

Filipina

30

13

55%

Singapura

11

6

73%

Taiwan

15

11

100%

Thailand

21

21

100%

Vietnam

10

10

100%

Asia Pasifik

166

137

83%

Mary Jo menjelaskan bahwa selain menggunakan ‘software’ bajakan, 84% dari PC baru tersebut juga terinfeksi malware (malicious software), yaitu suatu program yang dirancang dengan tujuan untuk merusak dengan menyusup ke sistem komputer.

Adapun malware yang paling banyak ditemukan adalah ‘trojan’ dan virus.

Komputer terinfeksi malware:

Pasar

PC dengan Software Bajakan

Terinfeksi Malware

Persentase

India

20

17

85%

Indonesia

9

8

89%

Korea

30

26

87%

Malaysia

17

15

88%

Filipina

13

10

77%

Singapura

6

2

33%

Taiwan

11

8

73%

Thailand

21

20

95%

Vietnam

10

9

90%

Asia Pasifik

137

115

84%

Lebih lanjut Mary Jo menekankan bahwa PC baru yang menggunakan ‘software’ dan terinfeksi malware itu dijual dengan harga lebih murah, dan pengecer juga menawarkan ‘software’ gratis menarik perhatian konsumen.

Dalam banyak kasus,  pengecer juga menjual ‘software’ bajakan di tokonya.

“Penjahat dunia maya terus mengembangkan teknik mereka untuk menghindari perangkat keamanan,” ujarnya.

Mary Jo menambahkan bahwa risiko dari penggunaan PC yang terinfeksi malware adalah konsumen bisa kehilangan data, pencurian identitas, performa komputer lemah, hingga konsumen kehilangan dana dan waktu.



[ad_2]
Source link