Kemenkeu Bantah Tudingan Fadli Zon soal Rupiah Jeblok



[ad_1]

Jakarta, CNN Indonesia – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membantah telah melakukan pembiaran atas pelemahan rupiah yang terjadi sejak beberapa waktu terakhir.

"Pergerakan nilai tukar rupiah kan banyak aspeknya sehingga peru adanya penguatan fundamental sisi industri domestik agar defisit transaksi berjalan dapat tertutup investasi langsung, "ujar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Nufransa Wira Sakti kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (30/6).

Sementara, penguatan fundamental memerlukan kebijakan yang menyeluruh, sehingga tidak bisa hanya mengandalkan Kemenkeu. Namun, peru koordinasi dengan seluruh pihak terkait baik sektor moneter, fiskal, dan riil



Kemenkeu sendiri, lanjut Frans, telah melakukan banyak hal yang membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi sehat, sehingga keseimbangan primer sampai dengan Mei 2018 masih bisa surplus.

Diketahui, keseimbangan primer merupakan hasil penerimaan negara dikurangi belanja, namun di luar pembayaran bunga utang.

Jika keseimbangan positive primer maka kemampuan anggaran untuk membiayai defisitnya semakin baik. Pasalnya, bunga utang dibayar dari pendapatan bukan dari utang baru.

Frans memperkirakan pihak-pihak yang menuding pemerintah dan Kemenkeu melakukan pembiaran tidak mengetahui penyebab melemahnya nilai rupiah sehingga mengambil kesimpulan yang tidak tepat.

Tudingan Pembiaran Jokowi

Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menyindir pemerintahan Presiden Joko Widodo soal nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kian terpuruk ke angka Rp14.400.

Fadli menyebut terpuruknya rupiah merupakan kejahatan yang dibiarkan pemerintahan Jokowi

"Mungkin ini bisa masuk kategori crime by mission suatu kejahatan yang dibiarkan Tak ada intervensi, tak ada usaha yang menyebutkan kita sebagai negara yang berdaulat mampu mengendalikan mata uang sendiri terhadap mata uang asing, "ujarnya saat ditemui di Universitas Bung Karno, Jakarta, Jumat.

Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonom я Darmin Nasution sebelumnya juga menyatakan pemerintah tidak lepas tangan dalam melihat pelemahan rupiah meskipun pintu gerbang kebijakan moneter ada di tangan Per Mei 2018 lalu, neraca perdagangan Indonesia defies US $ 1.52 miliar akibat tingginya impor.

Defisit neraca perdagangan merupakan salah satu faktor penyebab defies transaksi berjalan. Padahal, defitit transaksi berjalan menjadi cerminan bahwa permintaan dolar AS lebih tinggi dari pasokan dolar AS di pasar.

(ASA)

[ad_2]
Source link