[ad_1]
Ditambah lagi dengan kemudahan untuk menemukan bir. Mulai dari pasar swalayan hingga sederet bar yang ada di kota-kota besar.
Namun, kemudahan menemukan bir itu tampaknya bakal sirna di masa mendatang. Pasalnya, masa depan bir dikaitkan dengan perubahan iklim. Disebutkan bahwa perubahan iklim bakal mengakibatkan harga bir meroket hingga dua kali lipat.
Apa yang menyebabkan harga bir bakal meroket? Jawabannya adalah biji gandum dan jelai–bahan utama pembuatan bir di dunia–yang rusak akibat perubahan iklim. Hal tersebut membuat bahan baku bir jadi barang yang sangat langka.
“Tujuan penelitian ini bukan untuk mendorong orang-orang untuk minum (bir) lebih banyak,” ujar penulis studi, Dabo Guan, dari University of East Anglia, Inggris, mengutip CNN.
Lebih jauh, penelitian itu bertujuan untuk menyatakan bahwa perubahan iklim sangat memengaruhi kualitas hidup penghuni Bumi.
Beberapa negara pembuat bir diprediksi menjadi wilayah yang terkena dampak parah. Sebut saja Belgia, Republik Ceko, dan Republik Irlandia.
Mengutip The Guardian, penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Nature Plants ini memperkirakan tingkat konsumsi bir bakal turun sebanyak 18 persen secara global. Sementara China–negara dengan tingkat konsumsi bir tertinggi di dunia–bakal mengalami penurunan hingga 9 persen.
Saat ini, hanya ada sekitar satu per enam biji gandum dan jelai di dunia yang masih digunakan untuk pembuatan bir. Sisanya, sebagian besar dijadikan pakan hewan ternak.
“Jika Anda tak ingin itu terjadi, satu-satunya cara adalah dengan memitigasi perubahan iklim,” tegas Guan. Jika perubahan iklim ini gagal dimitigasi, bir bakal jadi ‘barang mewah dan langka’. (asr/chs)
[ad_2]
Source link