[ad_1]
Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan penyesuaian ini juga dilakukan atas dasar nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Jadi, mau tak mau perusahaan harus mengubah harga jualnya
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) selama lima bulan pertama 2018 sebesar US $ 65.79 per barel, atau telah meningkat 31.71 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US $ 49.95 per barel.
Pada saat bersamaan, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat rupiah telah terdepresiasi 5.8 persen sejak awal tahun.
"Penyesuaian karena harga minyak yang naik dan kurs yang berubah Harga minyak saja komponennya membentuk 90 persen dari harga BBM, "ujar Adiatma kepada CNNIndonesia.com, Senin (2/7).
Meski demikian, ia menyebut kenaikan harga ini hanya berlangsung di Jawa, Sumatera, dan Bali. Tak hanya Pertamax, penyesuaian harga juga belangsung untuk BBM jenis lainnya
Harga Pertamax sendiri tercatat naik Rp600 menjadi Rp9.500 per liter dan harga Pertamax Turbo naik Rp600 menjadi Rp10.700 per liter. Namun, seri Pertamax yang lain, Pertamax Racing, harganya tetap dibanderol Rp42 ribu per liter
Jika melihat dari seri non-Pertamax, Pertamina memasang harga Pertamina Dex yang naik Rp500 menjadi Rp10,500 per liter dan Dexlite naik Rp900 menjadi Rp9. 000 per liter
Selain itu, Pertamina judging masih menahan harga Pertalite di angka Rp7,800 per liter. Bahkan menurutnya, BBM harbus khusus di Papua, Maluku, Maluku Utara, dan Gorontalo turun. Bahkan ada yang sampai Rp2,000 per liter. Ini dimaksudkan untuk menjaga daya beli masyarakat di sana
"dan dan solar juga harganya tidak berubah, jadi memang ada penyesuaian bagi yang di Indonesia Barat dan Indonesia timur sekaligus," terang dia.
(lav)
[ad_2]
Source link