Bayi Perlu Dilindungi, Wanita Hamil Perlu Tes HIV



[ad_1]

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek menegaskan wanita hamil harus menjalani tes Human Immunodeficiency Virus (HIV). Tes itu diharapkan bisa mendeteksi potensi penularan dari ibu ke bayi sejak dini.

Nila mengatakan bayi harus dilindungi. Dia mengungkap sudah meminta kepada Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan layanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan HIV pada wanita hamil agar tidak mewarisi masalah buat anak-anak masa depan bangsa.

Nila mengingatkan Indonesia akan menikmati bonus demografi pada periode 2020 – 2035. Saat itu struktur populasi masyarakat di dalam negeri didominasi golongan usia produktif.

“Apa jadinya kalau anak-anak kita mendapatkan dampak dari penyakit yang, saya kira, seumur hidup harus melakukan pengobatan”,” kata Nila di sela acara peringatan Hari Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), Cibubur, Jakarta, Minggu (11/11).

Pemerintah sendiri telah mewajibkan pemeriksaan HIV pada wanita hamil sejak 2013. Kegiatan ini menjadi bagian program Layanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).

Selain itu, Nila juga meminta peran RSKO tidak sekadar mengobati tetapi juga mendorong aksi pencegahan melalui sosialisasi. Selama ini, selain pelaku seks bebas, pengguna penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang merupakan kelompok yang rentan penularan HIV.

Buat menekan jumlah penderita Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) karena HIV, pemerintah terus mengampanyekan bahaya perilaku seks bebas dan konsumsi narkoba. Bagi yang sudah terpapar virus HIV, pemerintah telah memiliki program pemberian obat antiretroviral (ARV) untuk menekan jumlah virus dan meningkatkan imunitas pasien.

Populasi Kunci Penyebaran HIV

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Anung Sugihantono menambahkan pemerintah telah menyoroti populasi kunci yang rentan penularan HIV, yaitu pengguna narkoba, pekerja seks komersial, ibu hamil, dan penyuka sesama jenis khususnya gay.

“Setiap menemukan satu kasus HIV, kamu akan melihat kontak (virus) dan komunitasnya yang menjadi satu kesatuan,” ujarnya.

Masing-masing kelompok dikatakan memiliki pola pendekatan yang berbeda. Misalnya, penularan dari ibu hamil ke bayi, petugas juga akan mempelajari riwayat kesehatan dan perilaku ibu dan pasangannya.

Sementara untuk pengguna narkoba, petugas akan melihat metode konsumsi. Pengguna narkoba jarum suntik lebih rentan tertular HIV, kendati demikian, pengguna non jarum suntik juga bisa tertular HIV apabila mempengaruhi perilaku dalam hal seks bebas.

Manager program Yayasan Pelita Ilmu (YPI) Tika Surya Atmaja mengungkapkan program pemeriksaan HIV pada wanita hamil bisa menekan kemungkinan bayi tertular HIV.

Disebutkan Tika, tanpa intervensi, risiko bayi tertular mencapai 25 hingga 45 persen. Namun, jika dirawat sejak dini dengan ibu meminum ARV dan tidak menyusui, kemungkinan bayi tertular HIV berkurang menjadi di bawah lima persen.

“Dengan menjadi program pemerintah dan diintegrasikan ke layanan kesehatan, semua ibu hamil merasa tidak terpaksa menjalani tes HIV karena bagian dari pemeriksaan ibu hamil,” ujarnya.

Sejak 1999, YPI telah memiliki program pendampingan terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), termasuk wanita hamil yang tertular HIV. Disebutkan Tika, sebagian besar wanita hamil yang tertular merupakan ibu rumah tangga yang tertular pasangannya.

“Kalau yang didampingi YPI, mayoritas ibu rumah tangga tertular dalam kondisi masih sehat dari pasangan atau suami,” ujarnya.

Menurut Tika, pengidap HIV yang tampak sehat lebih berisiko menulari pasangan karena tidak menyadari telah membawa virus di tubuhnya. (sfr/fea)



[ad_2]
Source link