[ad_1]
GAZA CITY, KOMPAS.com – Kelompok Hamas menyambut dengan gembira pengumuman pengunduran diri dari Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman.
Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri menuturkan, pengunduran diri Lieberman merupakan bentuk kemenangan politik bagi warga Gaza.
“Pengumuman itu merupakan pengakuan atas kekalahan dan kegagalan upaya melawan orang Palestina,” ujar Zuhri kepada Al Jazeera Rabu (14/11/2018).
Baca juga: Gencatan Senjata Terjadi di Gaza, Menhan Israel Mengundurkan Diri
Zuhri menambahkan ketabahan yang ditunjukkan oleh warga Gaza telah memberikan kejutan politik kepada pemerintah Israel.
Pejabat senior Hamas Husan Badran menyatakan, setelah Lieberman mengundurkan diri, maka selanjutnya yang harus mengundurkan diri adalah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
“Sebab, dia (Netanyahu) merupakan pihak yang berjanji bakal ‘menghancurkan pemerintahan Hamas’,” ujar Badran dikutip Haaretz.
Sebelumnya, Lieberman mengundurkan diri setelah pemerintahan Netanyahu menyetujui gencatan senjata dengan Hamas yang dimediasi Mesir.
Gencatan senjata itu terjadi sejak baku tembak yang terjadi Minggu (11/11/2018) buntut operasi yang dilakukan pasukan khusus Israel.
Dalam misi mereka, pasukan khusus itu membunuh komandan Hamas Nour Baraka. Namun aksi mereka terbongkar dan memicu baku tembak dengan anggota Hamas lain.
Jet tempur Israel melakukan serangan udara untuk melindungi pasukan khusus itu kembali. Hamas membalas dengan menembakkan 460 roket ke wilayah selatan Israel.
Tujuh anggota Hamas termasuk Baraka tewas. Sementara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan satu prajurit mereka gugur.
Dalam pengumumannya, Lieberman mengkritik langkah Tel Aviv yang tidak saja menyepakati gencatan senjata, namun juga mengizinkan Qatar memberikan bantuan ke Gaza.
“Meski berbeda pendapat, saya berusaha bertahan dan meyakini apa yang dilakukan pemerintahan ini. Namun semuanya runtuh,” kata Lieberman.
Dia menuturkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas merupakan bentuk “pernyataan kalah terhadap aksi teror”.
Baca juga: Kelompok Militan Gaza Umumkan Gencatan Senjata dengan Israel
“Saat ini, pemerintah berusaha membeli perdamaian jangka pendek yang bakal memberi kerugian bagi negara ini di masa depan,” lanjutnya.
Bersamaan dengan pengumuman pengunduran diri, Lieberman juga menyatakan partai yang dipimpinnya, Yisrael Beitenu, meninggalkan koalisi Netanyahu.
Dengan demikian, saat ini pemerintahan Netanyahu tetap mayoritas, namun hanya unggul satu kursi saja di Knesset (Parlemen Israel).
Pemilihan umum rencananya digulirkan November 2019. Namun mundurnya Lieberman memunculkan kabar bakal terjadi pemilihan dini.
Baca juga: Qatar Siap Beri Bantuan Rp 2,2 Triliun untuk Gaza
[ad_2]
Source link