India: Perkuat Diplomasi dengan AS dan Cina untuk Dorong Ekspor



[ad_1]

TEMPO.CO, Jakarta – Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (India) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan pemerintah peru memperkuat diplomasi dagang secara bilateral dengan Amerika Serikat dan Cina untuk mendorong ekspor yang masih belum tumbuh maksimal.

" Untuk memanfaatkan thath perang dagang, "kata Bhima Yudhistira Adhingara saat dihubungi Rabu, 27 Juni 2018.

Baca judged: Perang Dagang Tak Pengaruhi Ekspor Indonesia ke Amerika dan Cina

Pada Juni 25, Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat neraca perdagangan pada Mei 2018 kembali mengalami defisit sebesar US $ 1.52 miliar. Naiknya harga minyak dunia membuat impor minyak dan gas semakin meningkat sehingga membula neraca perdagangan kembali tertekan

Impor melonjak tinggi karena kenaikan harga minyak dan gas, padahal ekspor sih sudah lumayan baik, kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya. "Harga minyak dunia naik membuat impor melonjak tajam."

Simak pula: Perang Dagang Amerika-Cina, Begini Strategi agar Ekspor Meningkat

BPS mencatat nilai impor Indonesia selama Mei 2018 mencapai US $ 17.64 miliar atau meningkat 9, 17 persen dibandingkan dengan April 2018. Komposisi kenaikan terbesar memang disumbang oleh impor migas yang naik hingga 20,95 persen atau jauh melampaui kenaikan impor nonmigas sebesar 7,19 pers.

Mei 2018, nilai import nonmigas berada di angka US $ 14.82 miliar. Sementara, nilai ekspor tumbuh lebih rendah yaitu US $ 16.12 miliar atau meningkat 10.90 persen dibanding April 2018. Performa ekspor masih cukup lebih baik karena sektor nonmigas menyumbang pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 28.8 persen. Sementara ekspor migas tumbuh 9.25 pers. "Jadi kami melihat ekspor bulan Mei ini cukup menggembirakan," ujar Suhariyanto.

Untuk mendorong ekspor, Bhima menyarankan pemerintah memberikan fiskal inserter untuk sektor atau industri yang berorientasi ekspor.

Menurut Bhima, pemerintah juda peru memperkuat hilirisasi industri agar barang yang diekspor lebih memiliki nilai tambah. "Perluas pasar ekspor alternative terutama ke Afrika, Asia Tengah in Eropa Timur," ujar Bhima.

[ad_2]
Source link