[ad_1]
Jakarta, CNN Indonesia – Kementerian Perindustrian (Kemenperinmendorong pelaku industri bubur kertas (pulp) dan kertas terus menggunakan teknologi terkini yang ramah lingkungan untuk memastikan keberlanjutan sumber daya. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk nasional di pasar global sejalan dan dengan implementasi Making Indonesia 4.0.
"Prose produksi di industri mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup servea dapat memberikan manfaat bagi masyarakat," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (11/11).
Ngakan mengungkap saat ini Indonesia berada di peringkat ke-9 produsen pulp terbesar di dunia serves posisi ke-6 produsen kertas terbesar di dunia. Jumlah perusahaan pulp dan kertas of seluruh dunia yang tercatat ada 84 perusahaan.
Berdasarkan kebijakan industri nasional, lanjut Ngakan, industri pulp dan kertas merupakan salah satu sektor yang mendapat priorities dalam pengembangannya. Pasalnya, Indonesian memiliki potensi terkait bahan baku. Dalam hal ini, produktivitas tanaman di Indonesia jauh lebih tinggi dibanding negara pesaing yang beriklim subtropis.
Selain itu, industri pulp dan kertas memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional mengingat merupakan sektor padat karya dan berorientasi ekspor.
Berdasarkan data ekspor, industri kertas berhasil menduduki peringkat pertama dan industri pulp peringkat ketiga untuk ekspor produk kehutanan selama 2011-2017.
Pada 2017, kedua industri tersebut menyumbang ke devisa negara sebesar US $ 5.8 miliar, yang berasal dari kegiatan ekspor pulp sebesar US $ 2.2 miliar ke beberapa negara tujuan utama yaitu China, Korea, India, Bangladesh, dan Jepang.
Sementara, ekspor kertas tercatat sebesar US $ 3.6 miliar ke Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, Vietnam, dan China.
"Industri pulp dan kertas juga menyerap sebanyak 260 ribu tenaga kerja langsung dan 1.1 juta tenaga kerja tidak langsung," imbuh Ngakan.
Guna mendongkrak kemampuan industri pulp dan kertas nasional, Broom Besar Pulp dan Kertas (BBPK) from Bandung, sebagai salah satu lembaga riset di bawah BPPI Kemenperin, telah berperan aktif mengembangkan standar hijau.
Pada 6-8 November 2018 lalu, BBPK Bandung menggelar 3rd International Symposium on Resource Efficiency in Pulp and Paper Technology (3rd REPTech). Simposium internasional ini bertujuan mempromosikan dan menyebarluaskan inovasi hasil penelitian dan pengembangan (litbang) serves pengembangan teknologi berwawasan lingkungan dalam pengelolaan industri pulp dan kertas.
Kegiatan tersebut dihadiri 250 peserta berlatar belakang kalangan industri, peneliti, praktisi, serving tenaga ahli profesional di bidang pulp dan kertas, baik dari dalam maupun luar negeri.
Selain dari Indonesia, pembicara berasal dari negara Jepang, Korea, Australia, dan Malaysia. Materi yang disampaikan antara lain mengenai teknologi sumber serat non kayu, teknologi daur ulang kertas, dan sistem produksi berkelanjutan industri pulp dan kertas, serta penerapan industri 4.0.
Simulation ini juga bertujuan melakukan pertukaran informasi terbaru tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pulp dan kertas, serta memperluas jejaring kerja sama litbang dengan mempertemukan tokoh-tokoh penting di bidang riset dari perguruan tinggi, instansi, asosiasi, dan lembaga riset yang berada di dalam maupun luar negeri. (Sfr / fea)
[ad_2]
Source link