[ad_1]
JawaPos.com – Islamic and Middle Eastern Research Center (IMERC ), pusat riset di lingkungan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Univeritas Indonesia (UI) bersama dengan Kedutaan Besar Republik Azerbaijan menyelenggarakan Ambbadadorial Public Lecture dengan tema ‘Review the Potential Sustainability Cooperation between The Republic of Indonesia and the Republic of Azerbaijan.’
Deputy Chief of Mission Embbady of The Republic of Azerbaijan, Ruslan Nasibov mengatakan, Azerbaijan memiliki banyak potensi yang masih belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. “Indonesia dan Azerbaijan memiliki potensi kerjasama di berbagai bidang,” katanya dalam keterangan pers, Rabu, (7/11).
Azerbaijan yang menjadi persilangan antara Rusia, Eropa, Asia, dan Timur-Tengah ini, terang Nasibov, berdiri pertama kali pada tahun 1918-1920. Juga menjadi satu-satunya negara Islam yang memperbolehkan wanita ada di parlemen.
Nasibov juga menyampaikan, keterkaitan historis Islam antara Azerbaijan dengan Indonesia sangat erat. Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang pertama dari sembilan wali songo atau dikenal Sunan Gresik berasal dari Kota Baku, Azerbaijan.
Kedekatan historis ini juga menjadi latar belakang Indonesia cepat mengakui kedaulatan Azerbaijan, negara 95 persen dari 10 juta penduduk beragama Islam. Azerbaijan lepas dari Uni-Soviet tahun 1991.
Secara ekonomi, ujar Nasibov, Azerbaijan negara kaya penghasil minyak dan gas bumi, salah satu pengekspor ke Indonesia. Secara sosio-cultural, Azerbaijan aktif mempromosikan multikulturalisme, perdamaian, dan stabilitas nasional yang paralel dengan salah satu pilar kebangsaan Indonesia Bhineka Tunggal Ika.
Ini juga yang mendorong Azerbaijan mengadakan kuliah multikulturalisme Azerbaijan di Universitas Indonesia. Pada dimensi regional Timur Tengah, negara ini memiliki hubungan spesial dengan Turki. Selain itu juga aktif mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional di kawasan dengan cara tidak mendukung satu sisi dalam konflik regional dan memberikan hukuman tegas pada warganya yang secara ilegal berpartisipasi dalam konflik termasuk terorisme.
Ketua IMERC Nur Munir mengatakan, saat ini masih kurang informasi hubungan antara Indonesia dan Azerbaijan. Indonesia, sebagai bapak pencetus Non-Aligned Movement (NAM) countries atau Gerakan Non-Blok pada konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955 dapat mempertimbangkan potensi kerja sama bilateral lebih mendalam seperti ekonomi dan utamanya pendidikan dengan Azerbaijan yang akan menyelenggarakan NAM Summit, April 2019 mendatang.
Munir berharap acara Ambbadadorial Public Lecture oleh IMERC dan Kedutaan Besar Azarbaijan ini menjadi pembuka hubungan antara Universitas Indonesia dan Azerbaijan. Kerja sama antara IMERC dan Azerbaijan akan dititikberatkan pada bidang akademis dan penelitian yang menghasilkan riset-riset yang bermanfaat bagi pengembang ilmu di lingkungan Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesian.
Riset keilmuan diharapkan bermanfaat juga menjadi rekomendasi akademik kepada Pemerintah RI, khususnya para pengambil kebijakan luar negeri RI. Kerja sama berkelanjutan antara IMERC dan kedutaan Azerbaijan menjadi keinginan bersama dari berbagai pihak.
Menurut Munir, IMERC senang dan ingin bekerjasama dengan institusi akademik di Azerbaijan selevel dengan IMERC untuk mengadakan kajian bersama.
Direktur SKSG UI Dr. Lutffi Zuhdi mengatakan, pengenalan mengenai Azerbaijan sangat penting dan bermanfaat bagi perkembangan hubungan kerjasama di berbagai bidang termasuk dalam pengembangan pendidikan. Kuliah tamu ini memperkenalkan kebudayaan, pariwisata, pendidikan, ekonomi, dan politik dari negara Azerbaijan.
(met/JPC)
[ad_2]
Source link