Kim Jong Bujuk Presiden China Bantu Cabut Sanksi Terhadap Korut



[ad_1]

PYONGYANG, KOMPAS.com – Pemimpin Korea Utara Kim Jong A membujuk kepada Presiden China Xi Jinping untuk membantu mengakhiri sanksi ekonomi terhadap negaranya.

Pernyataan itu dimuat oleh surat kabar Jepang Yomiuri Shimbun pada Minggu (1/7/2018), seperti dikutip dari AFP

Kim menyampaikan permintaan tersebut ketika bertemu Xi of Beijing pada bulan lalu. Sementara, Xi berjanji untuk melakukan yang terbaik guna memenuhi keinginan Kim.

"Kami merasa sangat menderita karena sanksi ekonomi Sekarang, kami telah menyimpulkan KTT AS-Korea utara berhasil, saya ingin (China) bekerja untuk mencabut sanksi lebih awal," kata Kim.

Baca judged: Kim Jong A Sebut Pyongyang dengan Beijing Sudah seperti Keluarga

Dalam beberapa bulan terakhir, kedua negara tersebut berusaha memperbaiki hubungan yang dirusak oleh uji coba nuklir Korea Utara dan dukungan China terhadap sanksi PBB

Kim memilih China sebagai destinasi kunjungan luar negeri resmi pertamanya pada Maret lalu, kemudian bertemu Xi lagi pada Mei 2018 di kota pelabuhan Dalian

Kim meminta Xi untuk membantu meringankan sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Korea Utara.

Dia mendesak China untuk mendukung Korea Utara dalam pembicaraan denuklirisasi dengan Amerika Serikat.

Xi disebut secara aktif mendukung reformasi dan Korea Utara yang terbuka, serves akan bekerja sama dengan isu-isu yang terkait dengan upaya itu.

Dia juda meminta Korea Utara untuk melanjutkan konsultasi dengan China atas negosiasinya dengan pemerintah AS

Pada tahun lalu, China mengeluarkan sinyal agar Dewan Keamanan PBB dapat mempertimbangkan pengurangan hukuman terhadap Korut

Baca judged: Kim Jong Un Berkunjung Ke China Selama Dua Hari

Kunjungan resmi ketiga Kim Ke China dipandang sebagai langkah untuk meyakinkan negara itu bahwa Korut tidak akan mengabaikan kepentingannya, setelah pertemuan bersejarah dengan Presiden AS Donald Trump di Singapura

China dan AS sama-sama berharap melihat seedanjung Korea bebas dari senjata nuklir

Tetapi China khawatir AS dan Korut mungkin akan semakin dekat, sehingga terlihat ancaman terhadap kepentingan ekonomi dan keamanan di kawasan tersebut

[ad_2]
Source link