Kisah Natarini Setianingsih, Sembuh dari Leukimia



[ad_1]

INDOPOS.CO.ID – Kanker pada anak bukan berarti tidak bisa disembuhkan. Penemuan dini kasus kanker anak merupakan kunci sukses pengendalian kanker pada anak. Hal ini dibuktikan oleh Natarini Setianingsih, 34 yang berhasil berjuang melawan leukemia yang dideritanya.  ‘

”Pertama kali tahunya waktu 12 tahun, saya baru masuk SMP. Saat pembukaan siswa baru, itu kan agak ada gojlokan (orientasi siswa) lalu nge-drop dan pucat. Dikasih obat penurun demam, reda sebentar besok ada lagi,” katanya.

Sama seperti yang terjadi pada kebanyakan kasus, pada awal pemeriksaan Rini belum didiagnosis leukemia. Oleh dokter umum dia malah didiagnosis menderita hepatitis. Namun karena tidak kunjung sembuh, orangtua Rini mencari dokter spesialis. ”Begitu kendokter spesialis, dokternya langsung curiga, akhirnya dirujuk ke RSCM. Dan benar leukimia,” kata wanita berhijab itu.

Sejak itu Rini rela bolak-balik dari rumahnya di Pandeglang ke RSCM demi sembuh. ”Kalau sekarang dipikir sih saya hebat banget ya. Pulang pergi dari Pandeglang ke RSCM naik bis. Ngebayangin habis kemo rasanya mual tapi masih harus naik bis. Itu luar biasa banget,” akunya.

Menderita kanker, diakui Rini, benar-benar membatasi ruang geraknya dalam berinteraksi sosial dan mengenyam bangku pendidikan. ”Kesulitannya menghadapi kanker saat anak-anak itu kepotong masa anak-anak kita. Harusnya saya bisa main sama temen-temen dan belajar di sekolah, malah harus dihilangkan selama beberapa tahun. Itu yang bikin sedih, tapi di sisi lain bisa jadi semangat saya untuk sembuh,” tandasnya.

Rini menjalani pengobatan selama tiga tahun. Selama durasi tersebut, ia juga melakukan kemoterapi yang membuatnya susah makan dan menggugurkan seluruh rambutnya. Kesulitan ini membuat dia sempat merasa lelah melakukan pengobatan dan ingin menghentikan perjuangannya.

”Ada masa di mana saya capek untuk bolak-balik rumah sakit, saya sering pura-pura tidur agar tidak datang ke rumah sakit, tapi di sana ada ibu saya yang menyemangati. Dia bilang,’Kalau kita sudah setengah jalan, masa mau menyerah? Ayo kita lanjutkan perjuangan kita!’. Ya akhirnya selesai juga pengobatannya,” ucapnya.

Selain deteksi dini, Rini meyakini bahwa faktor lingkungan, seperti ibu dan teman-temannya, berperan besar dalam memainkan psikologisnya untuk semangat berperang melawan leukemia.

Akhirnya, pada tahun 1999, ia dinyatakan sembuh oleh dokter dari leukemia. Namun kesembuhan tidak menghentikan perjuangannya berperang dengan kanker. Saat ini, Rini bekerja sebagai sekretaris di Indonesian Journal of Cancer di RS Dharmais.

Di sela kesibukannya, dia juga mengunjungi para pasien kanker anak dan memotivasi mereka agar terus berjuang melawan kanker. ”Selain faktor medis, memang semangat harus dimiliki pasien kanker anak dan keluarga. Kalau anak semangat tapi orangtuanya putus asa itu susah juga dan sebaliknya. Dari sini saya berkeliling untuk bertemu orangtua pasien dan pasien kanker untuk memberikan semangat dan memberi informasi soal kanker,” tuntasnya. (dew)

TOPIK BERITA TERKAIT:
#news-in-depth 



[ad_2]
Source link