[ad_1]
Membatasi daging merah dan memperbanyak sayuran menurunkan risiko kanker.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kanker usus besar merupakan salah satu jenis kanker yang menjadi penyebab kematian utama baik pada laki-laki maupun perempuan di dunia. Bila terabaikan, harapan hidup selama lima tahun pada pasien kanker usus besar stadium lanjut diperkirakan hanya sebesar 12 persen. Sebagian kasus kanker usus besar baru bahkan sudah ditemukan pada kelompok usia yang lebih muda.
Kabar baiknya, penyakit ini dapat dicegah dengan cara-cara yang sederhana. Upaya pencegahan ini sangat berkaitan dengan modifikasi gaya hidup.
“Gaya hidup menjadi salah satu penyebab kenapa kanker usus besar tetap bertahan sebagai penyebab utama kematian,” ungkap Dekan FKUI Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM kepada Republika.co.id, belum lama ini.
Ari mengatakan faktor genetik memang menjadi salah satu faktor risiko dari kanker usus besar. Akan tetapi faktor risiko utama dari kanker usus besar adalah gaya hidup. Beberapa contoh gaya hidup yang sudah terbukti berkaitan dengan risiko kanker usus besar adalah konsumsi daging merah dan daging olahan yang tinggi serta kurang asupan sayur dan buah.
Berdasarkan temuan ini, Ari mengungkapkan bahwa modifikasi gaya hidup yang sederhana dapat mencegah dan menekan risiko kanker usus besar. Berikut ini adalah beberapa dari modifikasi gaya hidup yang dianjurkan Ari.
1. Batasi daging merah, perbanyak sayur dan buah
Ari menyadari bahwa belakangan ini muncul beberapa tren pola makan yang mendorong masyarakat untuk mengonsumsi daging merah secara berlebih dan membatasi buah karena buah mengandung karbohidrat. Tren ini, lanjut Ari, justru sangat menyesatkan dan dapat merugikan kesehatan masyarakat.
Untuk mengendalikan risiko kanker usus besar, konsumsi daging merah sebaiknya dibatasi. Sebaliknya, konsumsi sayur dan buah sebaiknya ditingkatkan sesuai anjuran.
2. Jauhi rokok
Rokok mungkin lebih sering dikaitkan dengan kanker paru. Padahal, rokok juga termasuk ke dalam faktor risiko utama dari kanker usus besar. Hal ini berlaku bagi perokok aktif maupun perokok pasif.
Ari sendiri menemukan beberapa kasus kanker usus besar pada pasien yang merupakan perokok pasif. Oleh karena itu, Ari menyayangkan kondisi Indonesia yang masih menjadi ‘surga’ bagi para perokok karena mereka dapat dengan mudah mencari tempat untuk merokok.
“Di beberapa kota besar di negara maju sudah sulit untuk mencari tempat buat merokok,” jelas Ari.
3. Kendalikan berat badan dan gaya hidup
Hal lain yang tak kalah penting untuk dikendalikan adalah berat badan berlebih karena kegemukan merupakan salah satu faktor risiko kanker usus besar. Terkait pencegahan kanker usus besar, Ari juga menyoroti pola hidup sedentari dan kebiasaan minum alkohol yang sebaiknya dihindari.
4. Kenali faktor risiko, gejala dan pengobatan dini
Kanker usus besar yang baru ditangani pada stadium lanjut memang hanya memiliki harapan hidup lima tahun sebesar 12 persen saja. Akan tetapi, kanker usus besar yang ditangani secara medis sejak stadium awal memiliki harapan hidup yang jauh lebih besar. Bila tertangani sejak stadium awal, pasien kanker usus besar memiliki harapan hidup lima tahun sebesar 92 persen.
Karena tak bergejala di awal, salah satu cara untuk menemukan kanker usus besar dalam stadium dini adalah dengan melakukan pemeriksaan skrining secara rutin. Pemeriksaan skrining sangat disarankan bagi orang-orang dengan faktor risiko kanker usus besar yang tinggi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali faktor-faktor risiko kanker usus besar yang dimiliki diri sendiri.
Semakin lanjut, kanker usus besar akan menyebabkan timbulnya beberapa gejala di mana salah satunya adalah adanya perubahan pola defekasi. Kondisi ini dapat dilihat dari mudahnya seseorang mengalami diare atau sembelit secara bergantian. Gejala lain yang mungkin dialami adalah sakit perut berulang, buang air besar berdarah, berat badan turun, pucat tanpa sebab yang jelas hingga terdapat benjolan pada perut ketika diraba.
“Pemeriksaan kolonoskopi dan dilanjutkan dengan biopsi merupakan metode utama untuk menemukan kanker usus ini pada usus Anda,” papar Ari.
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = "http://connect.facebook.net/en_US/all.js#xfbml=1&appId=417808724973321&version=v2.8";
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, 'script', 'facebook-jssdk'));
[ad_2]
Source link