Mengapa Wanita Masih Enggan Periksa Kanker Payudara?



[ad_1]

Mengapa Wanita Masih Enggan Periksa Kanker Payudara?

Menurut ahli deteksi dini dr. Martha Roida Manurung dari RS Kanker Dharmais, ada beberapa alasan wajar mengapa kesadaran akan periksa payudara rutin kurang diperhatikan. (Photo: Tanja Heffner / Unsplash.com)

Jakarta: Oktober adalah bulan kanker payudara internasional. Namun, sayangnya masih banyak wanita yang enggan memeriksakan payudara mereka. Mengapa demikian?

Menurut ahli deteksi dini dr. Martha Roida Manurung dari RS Kanker Dharmais, ada beberapa alasan wajar mengapa kesadaran akan periksa payudara rutin kurang diperhatikan.

Pertama, informasi yang masih minim adalah penyebab utama. Pengetahuan terkait penyakit, termasuk gejala pengobatan kanker payudara, masih belum masif. Akibatnya, banyak yang acuh pada gejala umum, yaitu ada benjolan.

"Misalnya, mereka tahu ada benjolan tapi tak sakit, jadi dianggap biasa Padahal, gejala kanker payudara sering kali tak sakit," jelas dr. Martha dalam kegiatan Deteksi Dini Kanker Payudara from kantor Metro TV, Kamis 25 Oktober 2018.

(Baca judged: Perbedaan Antara Tumor in Kanker yang Perlu Diwaspadai)


(Pengetahuan terkait penyakit, termasuk gejala dan pengobatan kanker payudara, masih belum masif Akibatnya, banyak yang acuh pada gejala umum, yaitu ada benjolan, Foto: Ano Kolleshi / Unsplash.com)

Bahkan, meski terpapar informasi yang tepat, kepedulian tetap masih minim. Kesibukan dalam mengurus berbagai hal, seperti keluarga dan pekerjaan, membran wanita melupakan kesehatan diri sendiri.

Kemudian, rasa takut pada pengobatan kanker payudara juga menjadi faktor mengapa beberapa wanita tak mau periksa. Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa operasi adalah satu-satunya cara, padahal semua tak demua, tambah dr. Martha.

Kalaupun terdiagnosa kanker payudara, pengobatan medis bukan menjadi pilihan pertama. Tak bisa dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia masih lebih mengandalkan obat-obatan tradisional.

"Di satu sisi, pengobatan tradisional ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah."

Selain itu, faktor tenaga medis juga ternyata berpengaruh. Masih sedikitknya jumlah tenaga profesional dan didominasi oleh pria membuat wanita tidak menomorsatukan kesehatan payudara.

(TIN)

[ad_2]
Source link