Para remaja Thailand yang terperangkap di gua bertahan hanya dengan air yang menetes dari langit-langit gua



[ad_1]

Adul Sam-on, 14 tahun, mengatakan kepada wartawan dia hanya dapat mengatakan

Hak atas foto
AFP Getty

Image caption

Adul Sam-on, 14 tahun, mengatakan kepada wartawan dia hanya dapat mengatakan ‘halo’ saat penyelam Inggris muncul.

Dua belas anak laki-laki yang diselamatkan dari gua banjir di Thailand utara berbicara di depan umum tentang pengalaman mereka untuk pertama kalinya, dengan menggambarkan penemuan mereka oleh tim penyelam sebagai “keajaiban”.

Adul Sam-on, 14 tahun, satu-satunya anggota tim yang dapat berbahasa Inggris mengatakan kepada wartawan dia hanya dapat mengatakan “halo” saat penyelam Inggris muncul.

Mereka terjebak di gua Tham Luang selama lebih dua minggu.

Mereka meninggalkan rumah sakit pada hari Rabu (18/07) dan sekarang dalam perjalanan pulang.

Anggota tim Celeng Liar ini muncul dengan mengenakan seragam klub pada konperensi pers di Chiang Rai.

Mereka disambut dengan spanduk “Bawa Pulang Celeng Liar” di panggung yang dirancang mirip lapangan sepak bola.

Hak atas foto
AFP

Image caption

Anak-anak ini menghadiri konperensi pers dengan memakai seragam sepak bola.

Anak-anak ini muncul dengan anggota Navy Seals Thailand yang membantu penyelamatan mereka.

Satu anak menggambarkan bagaimana mereka hidup dengan mengandalkan air dari batu gua. “Airnya bersih,” katanya. “Hanya air, tidak ada makanan.”

Chanin “Titan” Wibrunrungrueang, 11 tahun, mengatakan, “Saya berusaha untuk tidak memikirkan makanan karena akan membuat saya lapar.”

Anak-anak ini menghilang pada tanggal 23 Juni dan ditemukan para penyelam pada tanggal 2 Juli. Navy Seals kemudian memberikan mereka makanan dan pasokan lain.

Kelompok ini mengatakan mereka menjadi dekat dengan para penyelamat selama lebih seminggu, sampai mereka akhirnya diselamatkan.

“Kami bermain dam,” kata Titan. “(Anggota Navy Seal) Baitoey selalu menang dan dia adalah raja gua.”

Hak atas foto
EPA

Image caption

Para anggota Celeng Liar dan pelatihnya memberikan penghormatan kepada Saman Kunan, anggota Navy Seals Thailand yang meninggal saat menolong mereka.

Pelatih tim, Ekapol Chantawong, yang diselamatkan dengan mereka, memuji Saman Kunan, anggota Navy Seal yang meninggal saat operasi.

“Kami terkesan karena Saman mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan kami, agar kami dapat pergi dan melanjutkan kehidupan. Begitu kami mendengar beritanya, kami terkejut,” katanya. “Kami sangat sedih. Kami merasa … kami menyebabkan keluarganya bersedih.”

Sebagian anak-anak ini mengatakan mereka akan belajar dari pengamalannya. Satu orang berjanji “akan lebih berhati-hati dan benar-benar menikmati hidup”. Yang lainnya mengatakan, “Pengalaman ini mengajarkan saya agar lebih sabar dan kuat.”

Anak-anak ini dijadwalkan menjadi biksu Buddha untuk waktu yang pendek. Ini adalah sebuah tradisi bagi pria Thailand yang mengalami ketidakberuntungan.

Gubernur provinsi Chiang Rai, Prachon Pratsukan, mengatakan ini adalah “satu-satunya wawancara resmi untuk media”.

Dia menegaskan “tidak akan ada lagi pembicaraan dengan media setelah ini”.

“Kami menginginkan anak-anak hidup secara normal tanpa diganggu,” kata seorang psikiater kepada para wartawan.

Profil sebagian anggota rombongan tim sepak bola Moo Pa atau Celeng Liar

  • Asisten pelatih, Ekapol Janthawong, yang berusia 25 tahun sesekali membawa mereka melakukan perjalanan, termasuk menjelajah gua seperti ini dua tahun lalu.
  • Anggota termuda adalah ‘Titan’ Wibrunrungrueang yang berusia 11 tahun dan sudah mulai main bola sejak berusia tujuh tahun.
  • Duangpet ‘Dom’ Promtep, 13 tahun, adalah kapten klub dan disebut sebagai motivator kelompok.
  • Adul Sam-on, 14 tahun, kelahiran Myanmar dan dapat berbicara dalam beberapa bahasa. Dia adalah satu-satunya anggota tim yang dapat berkomunikasi dengan penyelam dari Inggris.
  • Mereka terperangkap di gua saat Peerapat Sompiangjai berulang tahun ke- 17. Makanan kecil yang dibawa kemungkinan membantu mereka dapat bertahan.
[ad_2]
Source link