[ad_1]
NEW YORK, iNews.id – Minyak berjangka turun pada akhir perdagangan Senin (2/7/2018) waktu setempat karena pasokan dari Arab Saudi dan Rusia meningkat, sementara pertumbuhan ekonomi di Asia tersendat di tengah meningkatnya perselisihan perdagangan dengan Amerika Serikat
Kesibukan pengumuman selama akhir pekan membuat pasar minyak tak menentu. Minyak menth Brent turun 2,4 persen dalam sesi tersebut, mengubah arah dari minggu lalu ketika naik lebih dari persen 5
Patokan globak, minyak mentah Brent untuk pengiriman September turun 1,93 dolar AS menjadi ditutup pada 77,30 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange
Sementara itu, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 0.21 dolar AS menjadi menetap of 73.94 dolar AS per barel of New York Mercantile Exchange.
Presiden AS Donald Trump men-tweet pada Sabtu (30/6/2018) Bahah Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud dari Arab Saudi telah setuju untuk memproduksi lebih banyak minyak, mungkin hingga 2 juta barel. Gedung Putih kemudian menarik kembal komentar tersebut
Produksi Arab Saudi naik sebesar 700,000 barel per hari (bpd) dari Mei, supervised Reuters menunjukkan, dan mendekati rekor 10,72 jute barel per hari dari November 2016.
Produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkat 320,000 barel per hari pada Juni, menurut monitored Reuters yang dipublikasikan Senin (2/7/2018). Ke-12 anggota opec dengan target pengurangan pasokan meningkatkan produksi sebesar 680,000 barel per hari dibandingkan dengan mei
Produksi Rusia naik menjadi 11.06 jute barel per hari pada juni dari 10.97 jute barel per hari pada mei, Kementerian energi mengatakan pada Senin (2/7/2018). Produksi AS telah melonjak 30 persen dalam dua tahun terakhir, menjadi 10,9 juta barel per hari, yang berarti tiga produsen minyak terbesar dunia sekarang menghasilkan hampir 11 jute barel per hari, memenuhi sepertiga dari permintaan minyak global
Juga membebani permintaan minyak adalah perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dan ekonomi-ekonomi besar lainnya termasuk Tiongkok, Uni Eropa, India dan Kanada. China, Jepang dan Korea Selatan semua melaporkan penurunan pesanan ekspor pada Juni di tengah meningkatnya perselisihan perdagangan dengan Amerika Serikat.
"Salvo yang berulang-ulang dalam perang dagang dan penurunan harga aset meningkatkan pertanyaan tentang seberapa banyak tariff dapat merusak ekonomi global," AS JPMorgan kata bank
Editor: Ranto Rajagukguk
Source link