Pemerintah Klaim Reformasi Koperasi Bantu Kerek Ekonomi



[ad_1]

Jakarta, CNN Indonesia — Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Mikro (UKM) meyakini program reformasi koperasi dapat mendorong kontribusi kinerja koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 5 persen pada 2018.

Kepala Biro Perencanaan Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi mengaku pihaknya optimistis meski hingga kini kementerian mencatat sudah ada 40.013 koperasi yang dibubarkan demi efisiensi dan peningkatan kualitas koperasi.

Menurut data kementerian, tren kontribusi koperasi terhadap PDB pada periode 2014 hingga 2017 meningkat. Pada 2014 tercatat 1,71 persen, kemudian mengalami peningkatan pada 2016 menjadi 3,1 persen dan menjadi 4,48 persen pada 2017.

“Proyeksi kami pada 2018 mudah-mudahan bisa mencapai 5 persen,” kata Ahmad di kantornya, Rabu (7/11).

Jika mengacu pada target peningkatan tersebut, dia optimistis program yang dikembangkan tidak berdampak pada penurunan kualitas koperasi. Ahmad melihat kecenderungan koperasi yang pasif dan hanya muncul saat ada program-program yang membantu koperasi.

Di lain sisi, pemerintah masih mendorong proses pendataan UMKM berbasis pada data online untuk membantu mendorong pertumbuhan usaha ini. UMKM diklaim sangat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia secara signifikan. Jelas saja, pada 2017, BPS mengumumkan bahwa kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 62 persen.

“Artinya kalau kami lihat, kontribusi UMKM terhadap PDB itu sangat signifikan dan berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional,” imbuhnya.

Melihat peran UMKM di Indonesia, Ryan Kiryanto berpendapat bahwa pelaku usaha harus memiliki sikap yang optimis dalam menghadapi ketidakpastian dunia ekonomi global di masa mendatang. Dirinya melihat, tren pertumbuhan kredit UMKM yang melambat pada akhir Agustus 2018 hanya akan terjadi sementara, akan membaik pada kuartal pertama tahun depan.

Secara rinci, kredit UMKM pada Agustus 2018 tumbuh 8,11 persen dari tahun lalu. Namun, persentase itu melambat jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, yakni 9,99 persen.

“Isunya itu apa betul real market dari produk UMKM ini menurun, jadi kreditnya melambat?” katanya Ryan Kiryanto

Menurutnya, pelaku usaha harus optimis karena di tengah kredit yang melambat, tapi transaksi pembayaran ritel di Indonesia masih berada dalam tren yang meningkat.

“Transaksi ritel masih meingkat, kalau kita berbicara soal ritel berarti itu soal UMKM,” imbuhnyna.

Transaksi masyarakat yang menggunakan instrumen ritel Sistem Pembayaran (ATM-Debet, Kartu Kredit dan Uang Elektronik) pada Agustus 2018 secara keseluruhan tumbuh 9,4 persen dari tahun lalu. Persentase itu didominasi oleh penggunaan ATM-Debet dengan pertumbuhan 9,1 persen dari tahun lalu dengan pangsa 95,2 persen.

“Kalau banyak yang pakai kartu debet artinya apa? Masih banyak orang yang punya uang, jadi tidak pakai kartu kredit,” jelasnya. (mjs/agi)



[ad_2]
Source link