Pengelolaan Darah of RSUD Cibabat Bebas Virus HIV



[ad_1]

CIMAHI, (PR) .- Direktur Utama RSUD Cibabat, Trias Nugrahadi menjamin pengelolaan darah yang dikelola Tranfusi Darah Unit (UTD) RSUD Cibabat bebas penularan virus HIV. Proses pengelolaan darah yang dilakukan bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) sudah melalui proses skrining menggunakan reagen khusus untuk mendeteksi HIV virus, Hepatitis B (HBV) in Hepatitis C (HCV).

"Dipastikan aman Dari awal donor darah sudah skrining sehingga dipastikan steril dari virus berbahaya tersebut," ujarnya, Minggu 11 November 2018.

Berdasarkan data UTD RSUD Cibabat, diperkirakan hingga akhir tahun stok darah yang dihasilkan dari proses donor yang tersedia mencapai 11,843 kantong. Dari jumlah itu, sebanyak 8.033 kantong untuk kebutuhan internal RSUD Cibabat dan 3.808 kantong untuk kebutuhan eksternal.

Sedangkan, rata-rata produksi pengelolaan darah hingga September 2018 mencapai 7.628 kantong, dari total jumlah pendonor yang mencapai 11.111 jiwa. "Kalau rata-rata produksi darah per bulannya 849 kantung sampai September," ujar Trias.

Hal serupa juga diungkapkan Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Romi Abdurakhman. Dia menegaskan, kemungkinan penularan HIV lewat transfusi darah sangat kecil.

"Setiap darah yang diberikan kepada penerima sudah melalui serangkaian skrining dan proses sehingga darah yang diberikan kepada masyarakat adalah darah yang aman yang terbebas dari penyakit tersebut," jelas romi, yang juga menjabat anggota PMI Kota Cimahi.

Dikatakannya, setiap darah yang diambil dari pendonor akan melalui proses skrining di labolatorium. Setelah dipastikan bebas dari virus, baru darah itu disimpan untuk disalurkan bagi yang membutuhkan.

"Yang terbukti tercemar oleh penyakit tersebut langsung diproses untuk dibuang," ucapnya.

Romi melanjutkan, jumlah penderita HIV di Kota Cimahi sejauh ini mencapai 377 orang. Penyebabnya didominasi akibatkan perilaku seks bebas hingga penyalahgunaan narkotika.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Cimahi, penderita HIV-Aids pada tahun 2005 sampai 2016 dengan faktor risiko hubungan seksual sebanyak 307 kasus. Sedangkan untuk 2017, mulai dari Januari sampai April, telah dikonfirmasi 313 kasus HIV / Aids akibat hubungan seks.

"Sekitar 10 tahun yang lalu, kasus HIV / Aids tertinggi itu disebabkan oleh penggunaan jarum suntik yang bergantian untuk sekarang justru berbalik dibandingkan akibat jarum suntik, HIV / Aids tertinggi itu akibat hubungan seks," ungkap romi.

Untuk itu, pihaknya menghimbau agar masyarakat tidak melakukan prilaku beresiko tersebut. "Paling banyak biasanya gay, juga pengguna narkotika," tuturnya. ***

[ad_2]
Source link