[ad_1]
BANJARMASINPOST.CO.ID – Sindrom patah hati, atau yang bernama ilmiah sindrom takotsubo, adalah kondisi di mana ventrikel jantung kiri membesar dan melemah sehingga jantung tidak dapat memompa darah dengan normal.
Kondisi ini sering dipicu oleh tekanan emosional, seperti kematian seseorang dicintai.
Meski demikian, ada juga yang dipicu oleh kondisi fisik, seperti serangan asma.
Meski dapat pulih dengan sendirinya, tetapi orang dengan sindrom patah hati membutuhkan perhatian medis secepat mungkin.
Terlebih lagi, sebuah studi yang dilakukan Rumah Sakit Universitas Zurich di Swiss menyatakan bahwa angka risiko kematian bagi pasien sindrom patah hati dengan komplikasi syok kardiogenik terhitung tinggi, bahkan setelah bertahun-tahun dinyatakan sembuh.
Baca: Model Gebby Vesta Ancam Lucinta Luna karena Tak Bayar Royalti Lagu Bobo Dimana
Baca: Pascamenikah, Maia Estianty Kunjungi Usaha Milik Irwan Mussry, Pegawai Ungkap Sikap Maia
Baca: Ustadz Abdul Somad Bicara Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, ini Ritual yang Diharamkan
Baca: Kepada Hotman Paris, Luna Maya Sebutkan Cara Tepat Mengajaknya Berkenalan
Setidaknya, hampir 24 persen pasien di rumah sakit dengan komplikasi syok kardiogenik meninggal dunia, dibandingkan dengan hanya 2 persen pasien sindrom patah hati tanpa syok kardiogenik.
Bahkan, lima tahun pasca dinyatakan sembuh, tingkat kematian pasien dengan sindrom patah hati dengan syok kardiogenetik sekitar 40 persen, dibandingkan dengan 10 persen untuk pasien yang tidak mengalami syok kardiogenik.
“Di luar tingginya kematian jangka pendek akibat sindrom ini, untuk pertama kalinya badisis ini menemukan orang-orang yang mengalami sindrom patah hati dengan komplikasi syok kardiogenik berisiko tinggi untuk meninggal beberapa tahun kemudian,” ujar Christian Templin yang temuannya akan diterbitkan dalam jurnal Circulation.
“Ini menunjukkan pentingnya pantauan jangka panjang terutama pada pasien sindrom ini,” ujarnya lagi.
Pada dasarnya, gejala sindrom patah hati menyerupai dengan serangan jantung seperti nyeri dada dan sesak napas.
Bedanya, pada sindrom patah hati tidak ada penyumbatan pembuluh darah jantung, dan biasanya pasien dinyatakan sembuh total dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah perawatan.
[ad_2]
Source link