[ad_1]
ANCAMAN penyakit berbahaya memang bisa mengintai manusia kapan dan di mana saja. Penyakit datang tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Semua bisa saja mengalami penyakit berbahaya akibat gaya hidup yang tidak sehat.
Menurut data yang diperoleh, kanker dinilai sebagai penyakit paling mematikan di dunia. Diperkirakan ada sekira 8,8 juta kematian di dunia akibat penyakit tersebut selama 2015. Sebagian besar masyarakat dunia meninggal dunia akibat kanker paru-paru dengan angka 1,69 juta kematian.
Sementara urutan kedua dihuni oleh kanker hati dengan angka 788 ribu kematian, disusul dengan kanker kolorektal dengan 774 ribu kematian. Data ini diambil berdasarkan situasi secara global, sementara di Indonesia tingkat pengidap kanker didominasi oleh pria dengan masalah pada trakea, bronkus dan paru-paru.
(Baca Juga: Waspada, Kata Ahli Kecanduan Game Bisa Turunkan Gairah Seks Pria!)
Tentunya tingkat kanker paru-paru pada pria disebabkan oleh kebiasaan merokok. Sebagaimana diketahui sebagian besar masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan budaya merokok. Bahkan anak di bawah umur pun sudah mulai terbiasa dan bergaul di lingkungan perokok.
Melihat hal ini, Direktur Sales dan Marketing Omni Hospital Group, Benjamin Winoto, mengimbau agar masyarakat Indonesia bisa lebih sadar dan memperhatikan akan pentingnya kesehatan. Cara satu-satunya yang bisa dilakukan adalah dengan skrining kanker paru-paru untuk mengetahui sejak dini penyakit mematikan yang satu itu.
(Baca Juga: Hari Kesehatan Nasional ke-54, Pergeseran Tren Penyakit Terlihat Jelas)
Skrining kanker paru-paru ini disebut dengan Low-Dose CT Scan (LDCT). Sebenarnya untuk mendeteksi kanker paru-paru bisa saja dengan melakukan rontgen dada, namun LDCT dinilai lebih detail dan sensitif dalam mendeteksi dini tumor paru sel kecil dalam stadium awal dibandingkan dengan rontgen dada.
“Kanker paru-paru ini sangat cepat sekali menyebar. Dan tingkat kesembuhan pasien yang mengalami kanker paru-paru hanya sebesar empat persen. Namun, apabila penyakit tersebut bisa dideteksi sejak dini, melalui LDCT, maka angka kesembuhan seorang pasien akan meningkat menjadi 54 persen. Tentu seseorang akan berpotensi lebih tinggi untuk sembuh,” tutur Benjamin, saat ditemui Okezone di Rumah Sakit Omni, Pekayon, Bekasi Selatan, Senin, 12 November 2018.
Benjamin juga menjelaskan kepada masyarakat agar tidak perlu khawatir dan takut untuk melakukan tes LDCT di rumah sakit. Ia menegaskan pasien tidak harus melewati prosedur khusus karena waktu pemeriksaan yang sangat singkat yakni 10 menit, tidak menggunakan kontras dan radiasi yang digunakan pun lebih sedikit dibandingkan CT Scan biasa.
(tam)
Source link