[ad_1]
Hanya seperempat dari luas daratan dunia sekarang bebas dari dampak aktivitas manusia
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kelompok konservasi WWF menyebut ledakan konsumsi manusia telah menyebabkan penurunan besar populasi satwa liar global dalam beberapa dekade terakhir. Dalam laporannya, badan amal itu mengatakan kehilangan spesies vertebrata, mamalia, ikan, burung, amfibi dan reptil dengan prosentase rata-rata 60 persen pada 1970 sampai 2014.
“Bumi kehilangan keanekaragaman hayati pada tingkat yang terlihat hanya selama kepunahan mbadal,” Laporan Living Planet WWF menambahkan, dilansir dari laman BBC, Rabu (31/10). Hal ini mendesak para pembuat kebijakan untuk menetapkan target baru untuk pembangunan berkelanjutan.
The Living Planet Report, diterbitkan setiap dua tahun, bertujuan untuk menilai keadaan satwa liar dunia. Pada edisi 2018, disebutkan hanya seperempat dari luas daratan dunia sekarang bebas dari dampak aktivitas manusia.
Proporsinya pun akan turun menjadi hanya 10 pada 2050. Perubahan ini didorong oleh produksi makanan yang terus meningkat dan meningkatnya permintaan energi, tanah, dan juga air.
“Meskipun hilangnya hutan juga telah dilakukan upaya perlambatan oleh reboisasi di beberapa wilayah dalam beberapa dekade terakhir, kerugian telah dipercepat juga, khususnya di hutan tropis yang mengandung beberapa tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di Bumi,” demikian disebutkan dalam catatan laporan tersebut.
Catatan itu juga menyebutkan, wilayah Amerika Selatan dan Amerika Tengah merupakan wilayah yang menderita penurunan paling dramatis dalam populasi vertebrata. Tercatat, kerugiannya mencapai 89 persen pada populasi vertebrata dibandingkan dengan tahun 1970.
Demikian juga, spesies air tawar laut, yang dinilai sangat berisiko. Polusi plastik telah terdeteksi di bagian terdalam dari lautan kata, termasuk bagian bawah Palung Mariana di Pasifik. Spesies air tawar yang hidup di danau, sungai, dan lahan basah, juga telah mengalami penurunan hingga 83 persen dalam jumlah sejak 1970.
WWF pun menyerukan mengenai kesepakatan global baru untuk alam dan orang-orang. Kesepakatan itu serupa dengan perjanjian Paris 2015 untuk mengatasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Para pembuat keputusan di setiap tingkat perlu membuat pilihan politik, keuangan dan konsumen yang tepat untuk mencapai visi bahwa kemanusiaan dan alam berkembang selaras di satu-satunya planet kita,” kata laporan itu.
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = "http://connect.facebook.net/en_US/all.js#xfbml=1&appId=417808724973321&version=v2.8";
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, 'script', 'facebook-jssdk'));
[ad_2]
Source link