[ad_1]
Jakarta – Masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan kesadarannya untuk bisa mendeteksi dini bahaya penyakit kanker, termasuk kanker payudara. Mengingat, selama ini kanker payudara juga masih menduduki peringkat pertama penderita terbanyak di Indonesia.
“Makin lanjut kanker ditemukan, maka akan semakin menyakitkan pada saat pengobatannya. Dampaknya akan semakin berat,” kata Penyintas kanker, dr Inez Nimpuno dalam talkshow “Kanker di Era Milenial : Pentingnya Deteksi Dini dan Perbaikan Cancer Care System”, yang diselenggarakan Yayasan Millennials Goes Pink (MGP) di Jakarta, Kamis (15/11).
Saat ini, diingatkan, pengobatan penyakit kanker merupakan salah satu pengobatan sakit menyakit yang cukup mahal. Bukan hanya bagi pasien, namun pengobatan kanker juga cukup membebani negara, khususnya yang melalui sistem BPJS Kesehatan.
Menurutnya, biaya pelayanan kanker saat ini memakan hampir 17 persen dari seluruh biaya jaminan kesehatan nasional. Sementara untuk pembiayaan obat-obatan kanker, mencapai 43 persen dari seluruh belanja obat untuk semua penyakit. Sampai tahun 2017, tercatat Rp 2,8 triliun dikeluarkan negara untuk terapi kanker dari BPJS.
“Jadi kita tidak hanya bisa bersandar pada BPJS. Maka, pencegahan dan deteksi dini sangat perlu dilakukan. Kanker ini membutuhkan spesialisasi sangat tinggi, sementara terkadang dokter dan alat-alat tidak mencukupi,” ungkapnya.
Menurut proyeksi World Health Organization (WHO), pada tahun 2020-2030 mendatang, sebanyak 70 persen kasus kanker baru juga akan terjadi di negara-negara miskin. Selain itu, sebagian besar pengidap kanker baru akan berobat ketika sudah masuk pada stadium lanjut. Dimana pada tahap tersebut, kanker justru telah menyebar ke sejumlah organ tubuh lain.
Dikatakan, ada banyak tantangan dan persoalan dalam sistem pengobatan kanker di Indonesia. Salah satunya adalah persoalan akses layanan terapi kanker masih belum maksimal. Mulai dari deteksi dini yang belum melembaga, kesulitan faskes, kelangkaan obat, hingga antrian pasien saat ini berkonsultasi atau berobat.
Disamping itu standarisasi pada pelaksanaan pelayanan kanker masih belum cukup baik. “Makanya masyarakat saat ini justru masih sering mencari second opinion,” kata Inez.
Sumber: Suara Pembaruan
[ad_2]
Source link